a cup of coffee

hari ini saya belajar lagi tentang pengalaman hidup. ya ya ya. --a

pesan tersirat : 

jangan pernah coba-coba

belajar bahasa asing ?? -_____- rasa-rasanya sekarang penting minimal buat baca menu

saya bukan penikmat kopi . bukan juga ingin minum kopi . semua ini mengubah presepsi saya tentang kopi. saya juga nggak paham deh kenapa juga harus pesen kopi . saya mulai menebak-nebak apa yang ada dipikiran saya sendiri. oke. buntu. saya rasa saya tidak tau apa yang sedang saya baca di daftar menu warung kopi ini --a ya sebut saja warung. sesaat saya merasa berada bukan di indonesia. kenapa ini menu bahasa bule semua. perasaan saya masih ada di indonesia deh. adakah yang salah dengan bahasa indonesia?? mau bilang kopi item aja pake black coffee . padahal biji kopinya juga nggak nanem di luar negeri. oke. sebut saja saya salah pesan atau apalah. karena minimnya pengetahuan saya tentang bahasa bule tersebut akhirnya saya memesan kopi 60ml yang menurut lidah saya "kok rasane meh mirip brotowali." saya memesan espresso yang paitnya ya masyaAllah. saya pikir kopi saya sudah saya tambahin gula deh. tapi kok rasanya sama aja. lupakan tentang kopi itu. dan sekarang saya tidak bisa tidur!! perlu diingat, saya tidak meminum kopi pesanan saya sendiri yang hanya 60ml itu melainkan menghabiskan secangkir kopi milik teman saya berinisial D. saya lupa apa yang dipesan si D ini tetapi saya masih ingat rasanya --a. oh well, tingkat kepahitannya hanya 1 level level lebih rendah dibanding kopi pesanan saya.

sudah, lupakan tentang kopi yang saya minum. kembali lagi ke kopi yang saya pesan. --a datanglah seorang teman dan dengan tiba-tiba dia meneguk semua kopi pesanan saya. entah dia bisa tidur malam ini atau tidak. --a saya tidak tau.

antara kopi dan brotowali --a entahlah . tetapi saya menemukan adanya persamaan diantara kedua minuman ini.